Lampung, Gerindra Lampung– Harga singkong anjlok Fauzi Heri sebut petani Lampung dijajah gaya baru!

Harga singkong di Provinsi Lampung terus mengalami penurunan drastis, memicu kemarahan anggota Komisi II DPRD Lampung dari Fraksi Gerindra, Fauzi Heri.

Ia menilai situasi ini sebagai bentuk penjajahan gaya baru di bidang ekonomi yang membuat petani semakin terpuruk.

“Petani kita dipermainkan oleh perusahaan yang menetapkan harga secara sepihak,” ujar Fauzi, Rabu, 11 Desember 2024.

Menurutnya, perusahaan pengolah singkong hanya membeli dengan harga sekitar Rp1.025 per kilogram.

Parahnya lagi, dengan potongan kualitas hingga 30 persen, petani hanya membawa pulang sekitar Rp717,5 per kilogram.

Dengan harga yang rendah, Fauzi menyebut petani singkong kesulitan menutupi biaya produksi.

“Biaya tanam dan angkut per hektare bisa mencapai Rp 20 juta per tahun.

“Jika produksi hanya sekitar 30 ton per hektare, petani hanya mendapat Rp1,5 juta setahun atau sekitar Rp125 ribu per bulan.

“Ini sangat jauh dari Upah Minimum Provinsi (UMP) Lampung,” ungkapnya.

Ia menilai ketimpangan ini sebagai bentuk ketidakadilan ekonomi yang memperburuk kesejahteraan petani.

Fauzi menegaskan bahwa situasi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.

“Ini adalah penjajahan gaya baru, di mana petani kita ditindas secara ekonomi oleh perusahaan besar,” tambahnya.

Fauzi mendesak Penjabat Gubernur Lampung dan dinas terkait untuk segera menerbitkan regulasi stabilisasi harga singkong.

“Pemerintah harus hadir dan berpihak kepada petani. Jangan sampai petani terus menjadi korban permainan harga perusahaan dan tengkulak,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk singkong agar petani memiliki jaminan harga yang layak.

Dengan luas lahan singkong di Lampung yang mencapai 366.830 hektare dan produksi lebih dari 8 juta ton per tahun, kebijakan ini dinilai mendesak untuk diterapkan.

Sebelumnya, para petani berharap pemerintah segera turun tangan untuk menyelamatkan nasib mereka.

Salah satu petani asal Lampung Tengah, Sarman (45), mengaku frustrasi dengan harga yang terus anjlok.

“Kami sudah capek bekerja keras, tapi hasilnya tidak sebanding. Kami hanya bisa berharap ada kebijakan yang berpihak pada kami,” keluhnya.

Kondisi ini pun menjadi pengingat bahwa sektor pertanian, khususnya komoditas singkong, masih memerlukan perhatian serius dari pemerintah.

Tanpa kebijakan yang melindungi harga, nasib ribuan petani singkong di Lampung akan terus berada di ujung tanduk.

Bagikan berita ini :